Iklan

Red1
Sabtu, 09 Agustus 2025, Agustus 09, 2025 WIB | Dibaca: 0 kali
Last Updated 2025-08-09T06:59:07Z
Artikel

Mas Sayyid Syahriar: Pewaris Dzikir, Pelanjut Jejak Leluhur

Advertisement



informasiphatas.net || Purwodadi - Nama asli  Bagus Maulana Syahriar Sebagian mengenalnya sebagai Gus Syahriar, Mas Sayyid, atau Gus Yi’. Namun bagi beliau sendiri, satu panggilanlah yang paling beliau terima dengan tulus: Mas Syahriar.


Jejak Leluhur dan Silsilah Spiritual


Mas Syahriar adalah sosok muda yang teguh menjaga dan melestarikan warisan spiritual para leluhurnya. Di balik sikap tenang dan rendah hatinya, mengalir darah para wali dan pejuang ruhani. Ia adalah dzurriyah (keturunan) dari Syech Jalalain, seorang ulama mursyid besar yang dikenal sebagai guru sejati dari Pangeran Suryodiningrat, seorang bangsawan spiritual pendiri cikal bakal kota Purwodadi di Jawa Tengah.


Syech Jalalain bukan sekadar seorang guru, tapi juga pembimbing ruhani yang mengasuh dan menempa Pangeran Suryodiningrat secara lahir dan batin. Di bawah bimbingannya, sang pangeran kemudian mendirikan struktur kota administratif pertama di wilayah Purwodadi — jauh sebelum Kedu, Patiraya, dan Grobogan Raya terbentuk. Sejarah ini menandai keterlibatan ruhaniyah para mursyid dalam pembentukan peradaban di tanah Jawa.


Jika ditelusuri lebih jauh, silsilah Mas Syahriar tersambung hingga Kanjeng Sunan Kalijaga sang wali besar. Namun, beliau tak pernah menonjolkan garis keturunan ini — justru menutupinya dengan sikap sederhana dan pelayanan sunyi.



Perjuangan dalam Kesunyian


Mas Syahriar tak hanya membawa nama besar, ia mewarisi beban amanah ruhani. Di usianya yang masih tergolong muda, ia telah membangun dan menghidupkan dzikir mujahadah serta thariqah di berbagai majelis dan pondok pesantren. Beragam zamiyah (tempat suluk, tirakat, dan tawajuhan) kini kembali menggeliat karena ketekunan dan bimbingan beliau.


Ia tidak mencintai sorotan. Justru lebih senang berada di belakang layar, membiarkan namanya luput dari pujian. Ketika diragukan, difitnah, atau diremehkan karena usia mudanya, ia hanya menjawab:


“Biarkan saja…”

— dengan ringan namun penuh makna, saat para tokoh dan para badal (wakil ayah dan kakeknya) menyampaikan kekhawatiran.


Tentang Sebuah Nama


Dawuh beliau sangat menyentuh para santri:


"Panggil aku Mas Syahriar. Ada yang memanggilku Habib. Ada pula yang memanggilku Mas Sayyid. Ada lagi yang memanggilku Gus, bahkan Kanjeng. Yang lebih gila lagi, ada yang memanggilku Ki Ageng. Tapi sungguh, aku jengah dengan semua sebutan itu — aku tak suka. Karena semua panggilan itu seperti bara api yang membakar jiwaku. Cukup panggil aku Mas Syahriar."


Saat para santri bertanya dengan penasaran, "Kenapa kami mesti memanggil dengan sebutan Mas Syahriar?"


Dengan lembut beliau menjawab: "Kyai dan Sayyid adalah panggilan untuk Guru-guruku. Gus dan Ayik adalah panggilan untuk putra-putra Guruku. Jika kalian panggil aku Mas Syahriar, aku merasa lebih kehilangan Guru-guruku. Dg kalian panggil aku Mas Syahriar. Aku merasa lebih dekat dengan kalian. Aku ingin tetap menjadi murid, bukan mengambil tempat Guru-guruku."


Akhir Kata


Dalam diamnya, Mas Syahriar menyalakan kembali lentera dzikir dan thariqah yang nyaris padam. Ia tidak sekadar meneruskan ajaran, tapi meneladani keikhlasan para wali dalam menjaga cahaya spiritual Islam di tanah Jawa.


لا يحتاج إلى مشهور بل تذكر بديعة

“Tak perlu terkenal, dikenang itu lebih indah.”


Editor : Para Pencari Tuhan


Tag Terpopuler